Lidah itu bagaikan pedang, itulah pepatah yang sering didengar di masyarakat.
Seperti pedang, jika digunakan dengan baik, ia akan menghancurkan segala
keburukan, tetapi jika ia digunakan dengan buruk, ia akan menodai kebenaran.
Wanita mengucapkan kurang lebih 20.000 kata setiap harinya. Sedangkan,
laki-laki hanya sekitar 7.000 kata. Tiap kata memiliki makna, oleh karena nya,
apakah kata-kata yang kita ucapkan bermanfaat? Berapa banyak kata-kata yang
kita ucapkan setiap harinya? Bermanfaat? Atau sia-sia? Menjaga lisan itu sangat
penting. Inilah contoh beberapa hadits yang meriwayatkan tentang lisan:
”Tiada suatu pun yang berasal dari
tubuh, melainkan semuanya mengadu kepada Allah mengenai ketajaman lisannya”
(HR. Al-Baihaqi).
“Dosa yang paling sering terjadi pada
bani Adam, terkait dengan lisannya” (HR. Thabrani, Ibnu Abi Ad-Dunya,
Al-Baihaqi).
Bahkan, Bukhari dan Muslim pun
meriwayatkan:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah
dan hari Akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam” (HR. Bukhari &
Muslim).
Arti lisan di sini bukan berarti hanya sebatas mulut saja, setiap kata,
isyarat, tulisan juga masuk dalam arti lisan. Lisan bisa terucap melalui
gerakan dan jemari di atas gadget. Media sosial pada zaman ini, adalah
sarana yang berbilah dua. Bisa mengusut bara, bisa memberi cahaya. Banyak orang
merasa terbantu, tetapi tak jarang pula yang merasa tersakiti akibat sarana
digital ini. Berkomentar pedas, mem-posting sesuatu yang tak terpuji.
Karena itulah, kehati-hatian sangat diperlukan ketika bermain Gadget.
Menjaga lisan pun juga dilakukan oleh salah satu sahabat terbaik Nabi Muhammad
SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau Meletakkan sebuah batu ke dalam mulutnya
hanya untuk mencegah dirinya tak banyak bicara. Sungguh sebuah
keteladanan yang patut dipelajari bagi kita semua. Kematian pun sebenarnya
sudah cukup sebagai pengingat. Dan, karena itulah, perbanyaklah
perkataan-perkataan yang baik dan kurangi atau bahkan lenyapkan
perkataan-perkataan buruk.
0 comments:
Post a Comment